Kamis, 25 November 2010

ARTIKEL


Batu ginjal (urolitiasis) dapat terjadi di bagian mana saja pada sistem perkemihan. Namun, yang paling banyak ditemukan adalah di dalam ginjal (nefrolitiasis). Batu ginjal adalah peng-kristalan mineral yang mengelilingi eat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya, batu (kalkuli) terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Sebab
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi dan yang utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini (karena infeksi) akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.
Stasis urine juga dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral. Faktor lain yang dikaitkan dengan pem-bentukan batu adalah konsumsi antasida dalam jangka panjang, terlalu banyak vitamin D, dan kalsium karbonat.
Batu ginjal biasanya terdiri atas kalsium oksalat. Oleh karena itu, apa saja yang mungkin menyebabkan hiperkalsiuri dapat menjadi faktor pencetus pembentukan batu ginjal. Peningkatan absorpsi usus terhadap kalsium juga dapat mengakibatkan hiperkalsiuria atau dapat juga karena tubula ginjal kurang mereabsorpsi kalsium.
Gejala
Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat intermiten dan disebabkan oleh spasme (kejang) ureter dan anoksia dinding ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitalia eksterna, dan paha. Nyeri kolik dapat disertai dengan mual dan muntah.
Biasanya, setelah pasien mengalami dua atau tiga kali serangan nyeri kolik, batu dapat keluar. Hal ini mungkin disebabkan batu tersangkut di bagian ureter yang sempit seperti pada pertemuan ureter dan pelvis (ureteropelvic junction) serta pertemuan ureter dan kandung kemih (ureterovesical junction). Hematuria makroskopik dapat terjadi apabila batunya kasar. Pasien dengan batu ginjal juga dapat mengalami ISK.
Manajemen Keperawatan Kolaboratif Uji diagnostik
Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB, pielografi intravena atau retrograd, ultrasonografi, pemindaian CT, dan sistoskopi. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa.
Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine.
Medikasi
Natrium dan kalium fosfat dapat diberikan untuk mengurangi kalsium dalam urine. Akan tetapi, obat ini tidak diberikan (kontraindikasi) apabila terjadi infeksi ginjal. Hidroklorotiazid (diuretik) dapat mengurangi kalsium dalam urine dengan meningkatkan reabsorpsi kalsium dalam tubulus ginjal.
Batu fosfat dapat tumbuh di dalam urine yang alkalin. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah membuat urine menjadi asam dengan memberi vitamin C dan menghindari infeksi saluran kemih (ISK). Profilaksis untuk batu asam urat adalah pemberian obat natrium bikarbonat untuk urine agar menjadi alkalin.
Tindakan
Sekitar 90% batu perkemihan keluar secara spontan. Apabila tidak ada infeksi atau obstruksi, batu dibiarkan dalam ureter selama beberapa bulan. Asupan cairan ditingkatkan (2.500-3.000 ml/hari) untuk membantu pengeluaran batu dan mencegah infeksi.
Apabila batu tidak keluar secara spontan, kateter uretra melalui sistoskopi dapat dipasang selama 24 jam. Diharapkan kateter ini mampu memperbesar lumen ureter dan apabila kateter dicabut, bath dapat masuk ke dalam kandung kemih. Pengeluaran dari dalam kandung kemih baru dapat dilakukan dengan cara manipulasi sistoskopik.
Litotripsi perkutan
Litotripsi perkutan merupakan. teknik yang memerlukan nefrostomi perkutan yang dibuat melalui insisi 1/4-1/2 inci di atas ginjal. Untuk melaksanakan prosedur ini, diperlukan anestesia dan sinar X selama prosedur berlangsung. Nefroskop dimasukkan melalui insisi di kulit (perkutan) untuk mengambil batu.
Apabila batu tidak dapat diambil, probe lithotripter dimasukkan untuk menghancurkan batu. Komplikasi prosedur ini meliputi perdarahan, sepsis, dan abses, tetapi jarang terjadi. Setelah prosedur ini selesai, pasien merasa nyeri seperti kolik ginjal.
Nyeri ini disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan dokter pada ginjal dan ureter saat mengeluarkan batu. Pasien diberi obat analgesik narkotik. Drainase dan nefrostomi dapat menjadi banyak sehingga balutan perlu diganti sesering mungkin untuk mencegah lecet dan infeksi di kulit. Keluarnya drainase dari nefrostomi dapat berlangsung selama 3-4 hari. Biasanya, pasien diberi antibiotika selama dua minggu.
Manajemen bedah
Pembedahan diperlukan apabila besar batu lebih dari 1 cm dan menimbulkan nyeri, obstruksi, dan infeksi. Pembedahan untuk mengambil batu dari ureter disebut ureterolitotomi. Pemeriksaan sinar X perlu dilaksanakan sebelum pembedahan supaya insisi dibuat tepat di lokasi batu. Apabila batu ada di sepertiga bagian bawah ureter, dapat dilakukan insisi rektus. Apabila batu terdapat di dua pertiga bagian atas ureter, insisi panggul dilakukan.
Pengambilan batu dari pelvis ginjal disebut pielolitotomi. Pengambilan batu dari parenkim ginjal disebut pielolitotomi. Batu di kandung kemih dapat diambil melalui pembukaan suprapubik atau batu dihancurkan dengan alat litotrit yang dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini disebut litolapaksi. Setelah batu dihancurkan, kandung kemih diirigasi secara terus-menerus atau intermiten dengan natriurn sitrat (larutan G) atau Hemiacidrin (Renacidin) untuk menetralkan alkalinitas urine yang terjadi akibat infeksi, sekaligus mem-buang sisa batu yang dihancurkan.
Diet
Pasien penderita batu kalsium perlu menghindari makanan yang tinggi kalsium. Individu yang berisiko mengalami batu yang terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, magnesiumamonium fosfat, perlu mengonsumsi makanan yang kaya asam agar urine menjadi asam. Vitamin C dapat banyak membantu.
Pasien dengan asam urat atau batu sistin memerlukan diet yang alkalin karena asam urat dan sistin dapat larut dalam urine yang alkalin. Asupan cairan (dianjurkan air) ditingkatkan dari 3.500-4.000 ml per 24 jam. Pasien dianjurkan bangun malam untuk minum segelas air.
Aktivitas
Kemungkinan mengeluarkan batu secara spontan lebih besar terjadi pada orang yang ambulasi dan aktif daripada orang yang istirahat baring.
Manajemen Keperawatan Pengkajian Data subjektif. Kunci penting dalam diagnosis adalah riwayat pasien. Dari riwayat nyeri yang dialami pasien, sudah dapat diketahui apakah nyeri itu karena obstruksi batu. Lokasi dan sifat nyeri dapat juga menunjukkan lokasi dari batu. Apabila batu ada di dalam ginjal, nyerinya tidak tajam dan mungkin tetap dan dirasakan di daerah sudut kostovertebra. Nyeri yang kolik dan hebat akan dirasakan apabila batu masuk ke dalam ureter. Riwayat keluarga juga perlu digali.
Data objektif. Data objektif yang harus diperoleh mencakup haluaran urine, adanya batu dalam urine, tanda vital (demam), dan nyeri tekan di daerah sudut kostovertebra.
Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan untuk gangguan ini meliputi:
- Nyeri yang berhubungan dengan adanya batu.
- Risiko infeksi yang berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu.
- Gangguan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan obstruksi oleh batu.
- Ansietas yang berhubungan dengan penanggulangan rasa nyeri yang hebat, pembedahan, dan pemeriksaan urologis.
Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologis, dan pengobatan) yang berhubungan dengan tidak ada informasi dan sikap acute terhadap informasi.
Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan meliputi:
1. Klien mengatakan rasa nyeri dapat dikendalikan dengan obat.
2. Klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi.
3. Klien mempertahankan asupan dan haluaran yang seimbang.
4. Klien dapat memanfaatkan dukungan sistem yang ada.
5. Klien dapat menjelaskan proses penyakitnya, pemeriksaan urologis, dan pengobatan dengan benar.
Intervensi keperawatan
Meredakan nyeri. Nyeri kolik yang hebat akan dirasakan oleh pasien sehingga narkotik dan antispasmodik perlu segera diberikan.
Mencegah infeksi. Adanya batu ginjal dapat menyebabkan pasien rawan terhadap infeksi. Perawat perlu memantau pasien untuk tanda dan gejala ISK. Pasien perlu didorong untuk meningkatkan asupan air sebanyak 3.500-4.000 ml per 24 jam. Biasanya, diberikan antibiotik profilaktik. Teknik aseptik perlu diperhatikan apabila prosedur invasif perlu dilakukan.
Peningkatan eliminasi urine. Perlu dipantau asupan dan haluaran. Pengalihan (diversi) urine melalui nefrostomi atau uterostomi harus sering diperiksa apakah kateter tetap di tempatnya dan kepatenan kateter. Refluks urine dapat terjadi apabila ada kekusutan pada kateter.
Urine pasien dengan batu yang kecil harus disaring dengan kasa. Batu harus diperlihatkan ke dokter dan pemeriksaan di laboratorium untuk analisis (komposisi batu).
Mencegah ansietas. Nyeri yang datang tiba-tiba dan sangat dapat membuat pasien merasa cemas. Setelah rasa nyeri dapat ditangani, pasien perlu didorong mengungkapkan perasaannya. Penjelasan tentang sifat dan proses penyakitnya serta pemeriksaan urologis dapat membantu mengurangi rasa cemas. Sistem pendukung seperti keluarga atau temannya dapat juga membantu pasien menghadapi rasa cemasnya.
Penyuluhan pasien. Perawat perlu memberi informasi kepada pasien mengenai:
1. Mencegah ISK
a. Minum air sebanyak 3.500-4.000 per 24 jam. Bangun malam untuk minum segelas air.
b. Hindari statis urine dengan ambulasi, gerak badan.
2. Modifikasi diet.
3. Obat: Nama obat, dosis, frekuensi, dan efek obat (membuat urine asam atau alkalin).
4. Melapor ke dokter bila terdapat tanda dan gejala ISK (disuria, hematuria, urgensi, dan frekuensi).
Evaluasi
Perawat menilai intervensi keperawatan dengan mengevaluasi:
1. Klien mengatakan rasa nyeri hilang atau pada skala 2 (skala 1-5).
2. Tidak ada tanda dan gejala infeksi: Tidak .ada demam, disuria, urgensi, frekuensi, dan hematuria.
3. Asupan dan haluaran seimbang; tidak terdapat batu di saringan urine.
4. Mengatakan mampu menangani rasa cemas; ada sistem pendukung yang efektif, tampak tenang, dan relaks.

Sabtu, 18 September 2010

Daftar Riwayat Hidup Hironimus Tolan Igor

Nama                           : Hironimus Tolan Igor
Tempat tanggal lahir      : Lewonasa, 10 Mei 1992
Alamat                         : Suromulang Timur 3/3 RT. 27 RW 07 Surodinawan
TK                               : Pertiwi, Kota Baru.
                                       Lulus : Flores Timur. 15-06-1998
SD                               :  SDK LARANTUKA I
                                       Lulus : Flores Timur, 26-06-2004
SMP                            :  SMPN I LARANTUKA
                                       Lulus : Flores Timur, 23-06-2007
SMA                            :  SMAN 1 LARANTUKA
                                       Lulus : Flores Timur, 26-04-2010

Logo Dian Husada

Kumpulan Foto Ronny